Saudara Pembaca,
petang semalam saya dah jumpa dengan sahabat saya yang bercerita soal skim bantuan Iklas, petang ini kami datang lagi di kedai kopi yang sama, kalau orang tengok se olah olah kami ini macam kaki kedai kopi, tetapi kenyataan itu sebenarnya tidak tepat sebab kadang kadang kedai kopi adalah tempat berhimpun maklumat, lebih tepat dan cepat. Sedang kami duduk berdua datang seorang lain sahabat, dan 5 minit sepas itu jam menunjukkan pukul 2.45 petang datang lagi seorang kawan, yang saya tidak mengenali namanya, cuma cam rupanya saja.
Sedang duduk minum kopi dan makan nasi lemak, kami berbincang mengenai kisah semasa, tiba tiba seorang kawan merujuk kepada kawan saya, katanya : kenapa muka engkau pucat ", dan kau itu bercakap nanti aku sikat rambut dahulu. Cerita muka pucat ini, banyak tafsiran yang dapat saya gambarkan, mungkin kawan ni, sedang sakin, dan bagi kawan saya menganggap dia tidak sakit, cuma keadaannya saja tidak kemas. Bagi saya tafsiran itu hanya mengambarkan masalah sedang melanda pada dirinya. Masalah apa ? Ini yang saya sedang mengupasnya dan memerahatikan apa cakapnya itu. Tapi malangnnya dia tetap mendiamkan diri, tak bercakap. Tiba tiba dia menelurkkan kata soal masalah atau muka pucat ini tidak masuk kepala, yang masuk kepala adalah memecahkan sesuatu yang melanda minda. Tiba tiba mencelah pula seorang kawan yang lain, membuka tajuk baru tentang diskaun Tol, katanya kalau beri diskauan itu boleh jadi bangkrap, tapi kawan saya itu menganggap tajuk ini, adalah menyentuh tentang untung, dan semua orang hendak untung yang banyak.
Kemudian perbualan tajuk ini terpotong lagi, dan sambil menceritakan tentang soal urut. Ada tukang urut di Pt Penghulu di Pt sulong, katanya itu bukan tukang urut, tetapi itu tukang adun tepong, memang terlalu sakit. Dia menceritakan bangaimana dia pergi berurut di tempat tersebut, katannya dia takankah sakit saja, untuk tahan sakit katanya, jangan ingatkan sakit itu, sebab soal sakit itu berpusat di otak saja. Sedang saya menulis cerita nya ini mungkin dia merasa bosan, sebab saya tak melayan dia bercakap, sebab saya asik dengan menulis saja, akhirnya dia angkat kaki dan pergi, katanya nanti kejap ya .
Begitulah kisah pak pong pak mustafa, yang dalam sorotan saya,
sebab pada diari saya dia masih kelabu dalam persoalan mencari,
cari apa ya ! saya akan memberi tahunnya kelak !
petang semalam saya dah jumpa dengan sahabat saya yang bercerita soal skim bantuan Iklas, petang ini kami datang lagi di kedai kopi yang sama, kalau orang tengok se olah olah kami ini macam kaki kedai kopi, tetapi kenyataan itu sebenarnya tidak tepat sebab kadang kadang kedai kopi adalah tempat berhimpun maklumat, lebih tepat dan cepat. Sedang kami duduk berdua datang seorang lain sahabat, dan 5 minit sepas itu jam menunjukkan pukul 2.45 petang datang lagi seorang kawan, yang saya tidak mengenali namanya, cuma cam rupanya saja.
Sedang duduk minum kopi dan makan nasi lemak, kami berbincang mengenai kisah semasa, tiba tiba seorang kawan merujuk kepada kawan saya, katanya : kenapa muka engkau pucat ", dan kau itu bercakap nanti aku sikat rambut dahulu. Cerita muka pucat ini, banyak tafsiran yang dapat saya gambarkan, mungkin kawan ni, sedang sakin, dan bagi kawan saya menganggap dia tidak sakit, cuma keadaannya saja tidak kemas. Bagi saya tafsiran itu hanya mengambarkan masalah sedang melanda pada dirinya. Masalah apa ? Ini yang saya sedang mengupasnya dan memerahatikan apa cakapnya itu. Tapi malangnnya dia tetap mendiamkan diri, tak bercakap. Tiba tiba dia menelurkkan kata soal masalah atau muka pucat ini tidak masuk kepala, yang masuk kepala adalah memecahkan sesuatu yang melanda minda. Tiba tiba mencelah pula seorang kawan yang lain, membuka tajuk baru tentang diskaun Tol, katanya kalau beri diskauan itu boleh jadi bangkrap, tapi kawan saya itu menganggap tajuk ini, adalah menyentuh tentang untung, dan semua orang hendak untung yang banyak.
Kemudian perbualan tajuk ini terpotong lagi, dan sambil menceritakan tentang soal urut. Ada tukang urut di Pt Penghulu di Pt sulong, katanya itu bukan tukang urut, tetapi itu tukang adun tepong, memang terlalu sakit. Dia menceritakan bangaimana dia pergi berurut di tempat tersebut, katannya dia takankah sakit saja, untuk tahan sakit katanya, jangan ingatkan sakit itu, sebab soal sakit itu berpusat di otak saja. Sedang saya menulis cerita nya ini mungkin dia merasa bosan, sebab saya tak melayan dia bercakap, sebab saya asik dengan menulis saja, akhirnya dia angkat kaki dan pergi, katanya nanti kejap ya .
Begitulah kisah pak pong pak mustafa, yang dalam sorotan saya,
sebab pada diari saya dia masih kelabu dalam persoalan mencari,
cari apa ya ! saya akan memberi tahunnya kelak !
No comments:
Post a Comment